Thursday, January 20, 2011

copeeet!

Saya kecop... eh nyaris kecopetan.

Bagaimana kronologi kejadiannya?

Kamis siang, dimana siswi spensa lagi pada berenang saya malah pulang. Why? Biasa, si tulang clavicula tidak bisa diajak bekerja sama -_- gara gara broken bone, saya ga boleh berenang paling nggak sampe setahun lagi. Oh. Karena nggak bawa uang, ada Yangti Kukung di rumah (have i told you?) akhirnya saya pulang dan tidak HTR (Hadir Tidak Renang)

Di angkot, saya yang masih punya jajanan (pisang coklat keju) kembali makan dengan takut takut. Kenapa? saya pernah kena tegur tukang angkot 08 waktu habis les piano. Simak ceritanya ;

Bewew : slurrrp (menikmati es krim) --> tinggal sendiri di angkot
Supir : Sore sore makan es krim. Nggak dingin dek?
Bewew : ha? enggak.
Sopir : makan sendiri aja. Nggak bagi bagi? --> candaan yang mengancam
Bewew : Hehe (mulai merasa nggak enak)
Sopir : Hmm. Makan nggak bagi bagi?
Bewew : Diam. Mulai merasa es krim di tangannya adalah makanan paling tidak enak sedunia.
akhirnya tiba di tempat tujuan.
Bewew : kiri..
Sopir : es krimnya udah abis?

Saat itu juga saya ingin menggeram sambil melihat sopir itu dari atas ke bawah. Tapi yang keluar dari mulut saya adalah "Udah." udah. Gitu doang. Harusnya bilang, " UDAH ABIS. PUAS???? UDAH NGANCURIN NAFSU MAKAN ORANG, HAH?? ES KRIMNYA ITU ENAK TAU! JADI GA ENAK KAN?????"

Lanjut... oiya, di angkot saya itu ada anak rambutnya keriting, dan kebetulan saya seangkot sama dia kemaren!!! dan anak itu sempet ngangkat ujung bibirnya buat saya (hanya alya yang bisa mempraktekkan cara anak kecil itu menaikkan ujung bibirnya)and,di sekitar kantor pos (mungkin, waktu itu lagi konsen sama pisangnya) naiklah seorang mas mas (ato bapak bapak?) berbaju hitam, bertopi hijau pucat dan memakai tas cokelat.


Saya nggak terlalu memerhatikan dia, tapi tiba tiba dia langsung mendempet saya. Apaan nih? nurani saya merasa terganggu. Saya pun melanjutkan acara makan pisang sambil membaca soal pelajaran tambahan biologi di tangan kiri. Di BTM, anak keriting itu turun. Lalu, naiklah seorang mbak berkacamata yang sibuk teleponan dan dua orang nenek berkerudung.

Nggak tau kenapa, intuisi saya mengatakan there is something wrong. Lalu, di dekat RS PMI ada dua ibu dan satu anak naik. Anaknya cantik deh :D Daaan, tak lama kemudian si mbak berkacamata turun di pangrango plaza. Saya menyadari suatu kejanggalan yang terjadi secara cepat, kurang dari dua detik. Sesuatu berwarna hijau muda terlihat melayang (?) dari badan saya ke bawah tas si bapak berbaju hitam. Dan satu hal terpikirkan oleh saya.



Dompet.
Ijo.
Dompet ijo.
DOMPET BENNY BEAR-KU TERCINTA!!!!!!!

penampakannya


"Dompet saya!" saya pun berteriak, refleks. Dan (sepertinya) saya langsung mengangkat tas ransel bapak itu, mengambil dompet saya, dan pindah ke tempat duduk angkot sisi kanan (tadi saya duduk di sisi kiri) Kemudian, saya cepat-cepat baca kulhuallah (al ikhlas) tanpa henti. Ya Allah tolong aku,

"APAAN SIH?!!" Si bapak terlihat marah. Ia memaki berkali kali seraya meraih dompetnya. "NIH!! LIAT!" Ia menunjukkan duitnya yang banyak di dalam dompetnya (ada seratus ribuannya)Ia semakin marah, padahal saya diam saja sambil berkomat-kamit baca kulhu. Lalu, sopir angkot dan beberapa penumpang bertanya, "dompetnya sudah ada?" saya pun mengangguk. Seram sekalee.

Di kepala saya muncul flashback cerita teman teman yang nyaris dicopet di angkot. Dan tahu kenapa saya baca kulhu? saya takut, bisa saja bapak ini bisa hipnotis, atau gendam, atau dia bawa pisau!

Alhamdulillah, karena marah (mungkin juga malu karena emosi sendiri) akhirnya dia turun di dekat BP pajajaran. Saya lega bukan main. GIVE THANKS TO ALLAH!

Ibu ibu dan sopir angkot langsung memberi saya berbagai advice dan menanyakan kejadian sesungguhnya. Jujur, saya sendiri rada bingung. Kejadiannya cepet banget, dan mungkin kalau orang yang nggak peka nggak akan ngerasa. Pokoknya, tau tau tangan si bapak terselip di belakang ranselnya dan saya melihat dia memegang sesuatu yang IJO IJO.

Ternyata refleks saya yang berlebihan (baca : gelian) ternyata berguna juga. Memakai dompet yang warnanya ngejreng ada gunanya juga ya?

Yeah, Allah memang sangaaaaat... baik. Bisa saja keadaannya JAUH lebih buruk daripada itu. Misal, saya bawa handphone. Atau, si bapak bisa hipnotis. Atau, saya di angkot bener bener sendiri. Ya Allah, makasiiiiiih banget :')

Tapi satu yang menjadi pertanyaan saya. A very big question.

Di dompet saya hanya ada 4500 plus ongkos 1500, kalau si bapak punya uang sebanyak itu, sebenarnya apa yang dia cari?

tau ah, saya juga bingung. (si sopir angkot bahkan nanya, "Bawa hp?" saya menggeleng. "Wah berarti uang adek banyak kali, makanya diincer." 4500 cukup banyak untuk orang yang punya 100.000 di dompetnya? cukup aneh. Apa saya salah tuduh? eh tapi kan saya nggak bilang dia pencopet, saya cuma teriak, "Dompet saya!" dan dompet itu bener bener ada di pangkuan si bapak. Dan, melihat ekspresi si Bapak yang begitu marah, malah jadi mencurigakan, ya gak?)

Kejahatan timbul bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah, waspadalah!
-Bang Napi-

No comments:

Post a Comment