Wednesday, September 07, 2011

L


Pas menyebrang dari Bali ke Banyuwangi... saya nonton film "Ada Apa Dengan Cinta?" untuk pertama kalinya. Seriously. Dulu saya pernah menonton sinetronnya, dan sinetronnya itu membosankan sekali bagi saya yang waktu itu masih SD.

Entah takdir atau apa, waktu di rumah Tante Wati di Mataram, saya menemukan harta karun itu, VCD "Ada Apa Dengan Cinta?". Yang original. Ada bonus kartu posnya juga. Goooosh, I fall in love with the VCD, so I asked my aunt if I could borrowed it.

Dan, sinopsisnya tentang Cinta, cewek yang gaul, cerdas, punya teman dan keluarga yang sayang sama dia, penasaran banget dengan Rangga, cowok yang mengalahkannya dalam lomba puisi di sekolah. Cinta keki berat, soalnya Rangga cuek, dingin, dan nggak peduli kalau dia nggak punya teman sama sekali, terbukti dari kata-katanya : Kayak ga punya pendirian aja, kemana-mana mesti sama-sama. Nonton sampai sama-sama, pulang sekolah juga sama-sama, berangkat juga sama-sama. Apa namanya kalau bukan mengorbankan kepentingan pribadi demi sesuatu yang kurang prinsipil?


puisi Rangga ;

Kulari ke hutan kemudian menyanyiku
kulari ke pantai kemudian teriakku
sepi, sepi dan sendiri
aku benci

Aku ingin bingar
aku mau di pasar
bosan aku dengan penat
dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga
jika ku sendiri

Pecahkan saja gelasnya
biar ramai
biar mengaduh sampai gaduh

Ah...ada malaikat menyulam
jaring laba-laba belang
di tembok keraton putih
kenapa tak goyangkan saja loncengnya
biar terdera

Atau aku harus lari ke hutan
belok ke pantai .........



Sejak awal film, saya sudah jatuh cinta sama Rangga. Nggak, bukan karena wajah cakep tokohnya, tapi karena kepribadiannya. Dia bukan tipe perayu, dia nggak ngasih harapan kosong, dia dingin tapi bener-bener bikin penasaran. Dan yang paling penting :  dia itu puitis banget, he knows what he wants, dia punya prinsip dan dia itu tipe cowok yang 'macarin' buku, yang suka membaca karya sastra kuno, dan hang out-nya ke toko buku bekas. Pokoknya jenis cowok yang langka banget di jaman sekarang.

Ini bukan film cinta picisan. Ini film remaja yang very meaningful, meski saya menontonnya 10 tahun setelah film ini dirilis. Endingnya keren banget!!! Dan saya sebenernya shock berat, mengetahui bahwa Rangga bakal pindah sekolah ke New York dan nggak bilang-bilang Cinta. Terus akhirnya Cinta tau, dan ke bandara ngejar Rangga. Terus you know lah, something happened. Kalimat pertama yang saya ucapkan setelah speechless liat scene itu adalah, "Kok nggak disensor???"

Rangga moves to NY. But he left a poetry for Cinta.

Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur di hatimu
yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya
Meninggalkan hati untuk dicaci
Lalu sekali ini aku melihat karya surga
dari mata seorang hawa
Ada apa dengan cinta

Tapi aku pasti akan kembali
dalam satu purnama
untuk mempertanyakan kembali cintanya..

Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu
Itu saja.



Saya senyum pada scene itu. Senyum bahagia, selebar senyum Cinta saat membaca puisi dari Rangga tersebut.

Mungkin saya membayangkan Matahari saat scene itu. Kalau saja saya Cinta dan dia Rangga, lalu saya dikasih puisi seperti itu, entah, mungkin saya udah jatuh pingsan saking bahagianya.

Agak lebay memang, forget it.

9 hari menuju 18 September. Allah, would you give me the chance to see his smile again?

Senyum yang bisa disimpan untuk seumur hidup. Senyum yang bisa membuatku tegar di saat sulit. Senyum yang bisa membuatku bangkit dan kembali bersemangat.

Bolehkah aku menyimpan seutas senyum itu?

No comments:

Post a Comment