Tuesday, November 16, 2010

Lesson?

I've got a lesson last night. Pelajaran hidup yang tak ternilai harganya. Dari situlah, saya bersyukur, takut pada Allah, dan mudah mudahan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan saya, amin.

So, what lesson is that?

I got hit by a motorcycle.

Is that could be mentioned as a "lesson"? I dunno. But it really realized me of what people said,

Pray and live as today is the last day you live in the world. We can die any hour, any minute, even any second

Kejadiannya begitu cepat, sampe saya sendiri ga sadar kalo ada motor. Jadi awalnya, saya udah berhasil nyebrang dari TBI dan naik angkot 09, tapi kok saya ngerasa ada sebagian uang saya ketinggalan di TBI. So, I went out from the Angkot dan menyebrang kembali ke TBI. Saya begitu terburu buru dan panik ketika menyebrang, dan tiba tiba ada orang berteriak "Awas!" dan zrrrt....! terjadilah. Saya sendiri merasa terlempar, buku yang saya pegang ada di sudut jalan yang lain dan kacamataku terlepas. Setelah pulih dari kekagetan, saya mengambil kacamata dan memakainya. Orang orang mengerumuni saya. Ada bapak yang mau nganter pulang, tapi saya belum mau pulang, mau nyari barang dulu di TBI. ya sudah, diantarkan nyebrang.

Seriously, kondisi saya waktu itu ga keliatan seperti orang yang baru saja ditabrak. Ga berdarah sama sekali, hanya tulang bahu kanan saya bengkak dan memar serta kaki kanan saya lecet (tidak berdarah) dan bengkak memar gitu.

Begitu dicari, ternyata uangnya tidak ada. Ya udahlah, saya ikhlasin saja. Lalu, saya terdorong untuk menuju ke Mushola TBI yang terletak di lantai 3. Memang serem sih, apalagi malam malam. Tapi saya berpikir lagi mengenai kejadian tadi. Allah masih baik lho, masih mengizinkan saya hidup dan kondisi saya baik baik saja. Kalau sampai meninggal padahal belum sholat Isya gimana coba?

Dan disitulah, di mushola saya meneteskan air mata. Seringkali saya mengeluh tentang hidup, tentang teman yang agak agak rese, I complained EVERYTHING. Saya bener bener nggak bisa bersyukur. Shalat Isya sering bolong bolong. Sering memancing kemarahan orangtua. Sering main padahal harus belajar. Saya sering berbohong. Saya belum pantas, belum siap untuk mati. Belum.

Saya nggak mau mati mengenaskan seperti seorang remaja laki laki di Arab yang 3 jam setelah dikuburkan, dia diotopsi kembali, dan badannya penuh darah serta memar sana sini, yang diduga merupakan hasil siksa kubur yang diterimanya. Semasa hidupnya, ia memang sering berbuat dosa. Naudzubillahhimindzalik.

Sepanjang malam saya mengeluh kesakitan di bahu. Memar di kaki tidak terlalu masalah, tapi yang di bahu, benar benar berpengaruh. Mau nguncir rambut aja, rasanya bahu seperti ditusuk tusuk. Tapi, saya berpikir, saya bahkan hanya memar. Paling parah patah tulang. Itu ga sebanding dengan rasa syukur saya untuk masih diizinkan hidup. Bisa saja kan, yang menabrak saya kemarin malam bukan motor, tapi mobil misalnya? Astagfirullah.

Allah memang baik. He's just the way too kind. Thank you, for giving me another chance to live.

2 comments: